Cicak-cicak itu berbicara
Sunyi merayapi dinding
Biru bukan kelabu
Hitam bukan belenggu
Namun
Pisau itu telah diselipkan
Genderang itu terdengar sayup-sayup
Redam asa dalam gumpalan rasa
Merah bukan darah
Jingga bukan serapah
Banyak orang bunuh diri dalam api
Kilatan-kilatan itu berpadu dengan sunyi tanpa arti
Jika putih adalah suci
Kumbang-kumbang katupkan harapan
Jejak itu masih terlihat
Meski di sana ada tembok besar..
Mengapa tak berbelok dan berhenti?
Jakarta, 8 Desember 2007Sefryana Khairil
Read More..
Jumat, 25 April 2008
(Puisi) MUAK!
Sepasang mata menatap merayu
Aku tak ragu!
Lembut ucapannya membius
Aku memilih tak mendengar!
Tawanya sumbang
Merah pipinya membakar jiwaku!
Bilang mataku tak bisa melihat
Memang!
Bilang hatiku tak tersentuh
Memang!
Apa yang kau ucapkan aku tak mengerti
Gerakan tanganmu mengajak
Tapi aku berpaling
Atau bukan hanya aku?
Juga mereka,
Keempat jariku yang lain,
Memilih berbalik meski terseok
Muak!
Satu kata itu saja...
untuk seseorang yang sedang bercakap riang, matanya menatap sinis. Jiwaku tertusuk, berdarah-darah. Perih, sakit! Lumat aku kalau kau mau!
Jakarta, 26 Februari 2008
Universitas Negeri Jakarta
Ruang Q 107
Sefryana Khairil Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)